Malang, LPBI NU
Rabu, 17 Juni 2015 Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) Kabupaten Malang menggelar simulasi rencana kontijensi letusan(erupsi) Gunung Bromo.Simulasi ini dilakukan untuk menguji implementasi perencanaan dalam penanganan letusan Gunung Bromo yang tertuang dalam dokumen Rencana Kontijensi Erupsi Gunung Bromo. Selain itu, kegiatan ini juga untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan masyarakat di wilayah risiko tinggi untuk menghadapi kemungkinan meletusnya Gunung Bromo sehingga risiko dan dampak bencana dapat diminimalkan.
Kegiatan Simulasi renkon letusan Gunung Bromo inidilaksanakan di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Secara geografis, Desa Ngadas terletak di lereng Gunung Bromo yang merupakan wilayah risiko tinggi jika terjadi letusan Gunung Bromo. Kegiatan ini melibatkan lebih dari 300 orang dari semua unsur terkait, di antaranya BPBD, Dinas Sosial, TAGANA, BAGANA, Dinas PU Cipta Karya, Dinas Kesehatan, PDAM, Polres, TNI/KODIM, LPBI NU, PMI, Relawan NU, SAR Awangga, RAPI, Komunitas JIP, Senkom, PUSKESDES, aparat Kecamatan Poncokusumo, aparat dan masyarakat dari 3 (tiga) Desa yaitu Wringin Anom, Jarak Ijo dan Ngadas.
Menurut Ketua LPBI NU Kabupaten Malang, Rurid Rudianto, simulasi renkon Gunung Bromo ini sengaja melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam penanganan bencana letusan Gunung Bromo dan masyarakat seluruh area yang terdampak letusan Gunung Bromo. Hal ini dimaksudkan agar simulasi ini benar-benar menggambarkan kejadian sebenarnya, sehingga jika letusan terjadi, maka masyarakat dan pihak terkait sudah siap dan sudah tahu apa yang harus dilakukan sehingga risiko bencana betul-betul dapat diminimalkan.
Ketua PP. LPBI NU, Avianto Muhtadi mengatakan, Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah yang rawan terjadi bencana, di antaranya letusan Gunung Bromo. Oleh karena itu, diperlukan upaya secara bersama-sama dari berbagai pihak di Kabupaten Malang untuk menyusun perencanaan dalam penanganan bencana misalnya dalam bentuk dokumen Renkon agar ancaman tersebut dapat ditangani dan dikelola dengan baik dan memastikan berkurangnya risiko bencana di Kabupaten Malang.
LPBI NU melalui Program Penguatan Kelembagaan Penanggulangan Bencana telah bermitra dengan BPBD Provinsi Jawa Timur dan BPBD di 4 (empat) Kabupaten (Malang, Trenggalek, SitubondodanSampang) dalam melakukan upaya pengurangan risiko bencana (PRB). Program ini terlaksana melalui dukungan dari Australia Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR). Salah satu bentuk kegiatan dalam program tersebut adalah pendampingan Pemerintah di 4 (empat) Kabupaten tersebut dalam penyusunan dokumen Rencana Kontijensi. Dokumen Rencana Kontijensi (Renkon) disusun berdasarkan hasil analisis risiko bencana dan identifikasi seluruh sumberdaya yang tersedia di suatu daerah atau kawasan. (Zul)